Bencana Alam Akibat Aktivitas Manusia

Kalau kita mendengar kata ‘bencana alam’, yang terpikir pasti bencana seperti gunung meletus, longsor, banjir bandang, gempa, tsunami, dan sebagainya. Padahal sesungguhnya, bencana alam tidak hanya disebabkan oleh alam, tapi oleh aktivitas manusia juga. Sebagai manusia, kita pasti menginginkan lingkungan yang nyaman untuk kita tinggali, begitu juga yang dirasakan oleh orang yang tekait dalam bencana-bencana di bawah ini. Sebenarnya mereka hanya ingin memajukan tempat tinggal mereka, tapi karena kurangnya pemahaman dan juga adanya beberapa kesalahan memprediksi, hasil yang didapat justru berkebalikan dengan apa yang mereka impikan, dan malah menjadi mimpi buruk mereka. Berikut beberapa bencana alam akibat aktivitas manusia…

1. Hell’s Gate, Turkmenista

Gerbang Neraka (Gates Of Hell) atau Kawah Api membara ini disebut sebagai Kawah Gas Darvaza atau juga lebih terkenal sebagai ‘Gerbang Neraka‘ oleh penduduk setempat. Kawah Api besar ini memiliki lebar 100 meter dan kedalaman 20 meter.
Gerbang Neraka terjadi akibat rig pengeboran milik Uni. Mereka tidak menyadari bahwa ternyata di bawahnya ada gua yang menyimpan cadangan gas alam. Hal ini menyebabkan tanah runtuh beserta rig pengeboran yang dibangun di atasnya. Asap beracun kemudian mulai menyembur dari dalam lubang. Gua dibawah pengeboran milik Uni Soviet tersebut menyimpan dan mengeluarkan gas alam beracun dan membakar tanah yang longsor di atasnya.

Saran: Sebaiknya perencanaan pengeboran diteliti lagi dari awal, sehingga lokasinya juga tidak salah.
2. Lumpur Lapindo Sidoarjo, Indonesia

Bencana ini bermula pada bulan Mei 2006 dan masih terus berlangsung. Tidak beda jauh dengan penyebab terbentuknya Hell’s Gate di Turkmenistan, bencana ini juga disebabkan oleh kesalahan perkiraan lokasi pengeboran. Target Lapindo yang sebenarnya adalah daerah Kijing, tapi pengeboran justru masuk ke daerah Klitik yang daerahnya agak rawan, belum lagi tidak dipasang casing diatasnya. Di daerah ini, pengeboran mendapat tekanan semburan liar dari bawah tanah, yang kemudian meluap karena tidak dapat dicegah. Para pakar geologi menyatakan semburan lumpur bercampur gas tetap akan berlangsung selama 33 tahun. Kerugian akibat bencana ini diperkirakan berjumlah Rp 50-500 miliar per hari atau kurang lebih Rp 33 triliun per tahun.

Saran: Seharusnya pihak Lapindo lebih cermat dalam pemasangan casing, sehingga semburan lumpur liar tidak akan mudah meluap.
3. The Aral Sea, Kazakhstan

Proyek irigasi Uni Soviet yang berasal dari Laut Aral telah menguras air laut dalam jumlah sangat besar. Eksploitasi air sungai secara besar-besaran melalui pembuatan kanal yang kurang kokoh, ditambah dengan penguapan air serta debit air hujan yang rendah telah mengurangi secara signifikan pasokan air ke Laut Aral. Di Awal tahun 1960-an Laut Aral masih tercatat sebagai danau besar atau laut-daratan terbesar ke-4 di dunia dengan permukaan air seluas 68.000 km2, pada akhir tahun 2000-an sudah menyusut dengan pesat menjadi tinggal 10 persen dari ukurannya semula. Beberapa bagian laut itu kering dan terbelah menjadi dua laut yang lebih kecil.

Penyusutan Laut Aral telah mengubah lebih dari 80% dasar laut menjadi gurun pasir. Kini, hampir setiap hari sekitar 200 ribu ton pasir debu Laut Aral yang mengandung garam dan pestisida diterbangkan angin hingga sejauh radius 300 km. Bahkan ilmuwan menemukan debu bergaram Laut Aral sampai ke Jepang, Skandinavia dan Antartika.

Saran: Sebaiknya pengambilan air tidak diambil dari satu titik saja, tapi dari titik yang berbeda-beda. Sehingga tidak terjadi pengurangan air yang signifikan di satu tempat.

 

4. The Great Pacific Garbage Patch

The Great Pacific Garbage Patch,  dikatakan sebagai  Pasific Trash Vortex,   yang merupakan  pilin dari sampah laut di tengah Samudera Pasifik Utara (North Pacific Gyre) terletak kira-kira antara 135 ° sampai 155 ° W dan 35 ° ke 42 ° N .  Sampah meluas sampai ke sebuah wilayah yang sangat luas, dengan perkiraan mulai dari daerah ukuran negara bagian Texas untuk satu lebih besar dari daratan Amerika Serikat, namun ukuran yang tepat tidak diketahui. Tempat ini terdiri dari 3,5 juta ton sampah (90% di antaranya puing-puing plastik) yang berputar-putar antara Hawaii dan Kalifornia. Great Pacific Garbage Patch terbentuk secara bertahap sebagai akibat dari pencemaran laut yang disebabkan oleh arus samudera .

Setiap tahun, 10% dari 200 milyar pon plastik diproduksi secara global berakhir di laut kita dan sekarang, sekitar 46.000 potong sampah plastik yang mengambang di setiap mil dari laut. 1.700 mil massa sampah plastik berada di tengah Pasifik Utara dan searah jarum jam bergerak perlahan dari arus laut berbentuk spiral. 100.000 mamalia laut setiap tahun  seperti kura-kura laut, anjing laut dan burung  mernjadi korban kematian terkait sampah plastik karena mereka mengkonsumsi atau terjebak dalam limbah tersebut.

Tim ilmuwan Belanda berencana mengumpulkan 44 juta kilogram sampah plastik yang kini terapung di Samudera Pasifik dan mengubahnya menjadi pulau daur ulang.

Saran: Sebelum pulau sampah ini semakin meluas, kita sebaiknya mengurangi pemakaian barang non-organik, seperti plastik, kaleng, dan yang lainnya. Selain itu, kita juga dapat mendaur ulang sampah, seperti membuatnya menjadi kerajinan tangan.

 

5. Centralia Pennsylvania, Amerika Serikat

Bara api yang berasal dari kandungan batubara di bawah Centralia, Pennsylvania muncul sejak 1962 dan terus terbakar hingga kini. Bencana ini diakibatkan oleh kelalaian pemadam kebakaran saat melakukan tugas. Mereka ditugaskan untuk membersihkan sebuah tempat penampungan sampah, tapi justru sampah-sampah itu mereka bakar. Tanpa disadari, apinya merambat kedalam gua batu bara di bawah kota. Hingga saat ini api masih menyala di bawah kota dan ada batubara cukup untuk memberi makan api sampai 250 tahun lamanya.

Saran: Menyingkirkan sampah bukan berarti harus membakarnya. Membakar sampah dapat menimbulkan kebakaran yang besar, juga perusakan lapisan ozon akibat asap pembakarannya. Seharusnya para pemadam kebakaran tersebut lebih berhati-hati saat melaksanakan tugas dan tidak membakar sampah sembarangan.

 

Itulah beberapa bencana alam akibat ulah manusia. Semoga dapat membantu kita untuk lebih perhatian terhadap lingkungan, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih nyaman.